Nada sindiran itu memperlihatkan ketegasan Reynaldy bahwa ia tak ingin praktik lama yang dikaitkan dengan setoran jabatan terus menghantui birokrasi yang sedang ia bangun.
Bupati juga mengaku kecewa dengan masih adanya ASN yang mudah tersulut emosi dan tidak profesional menyikapi mutasi.
“ASN itu harus siap ditempatkan di mana pun. Kalau karena dipindah lalu marah dan memfitnah, itu bukan sikap profesional,” tegasnya.
Tak berhenti di tuduhan uang jabatan, isu lain yang menyeret nama Bupati Reynaldy adalah tudingan soal gaya hidup mewah dan permintaan fasilitas pribadi.
Reynaldy mengaku tersinggung dengan kabar tersebut. “Saya sakit hati, karena bahkan ada yang bilang saya minta moge (motor gede). Padahal saya sudah punya motor dan mobil jauh sebelum jadi bupati. Jadi kalau ada yang bilang untuk memenuhi gaya hidup hedon saya minta setoran, itu sama sekali tidak benar,” ungkapnya.
Bupati Reynaldy menegaskan bahwa dirinya tak akan berdiam diri jika fitnah ini terus disebarkan. Ia menyebut tudingan-tudingan tersebut bisa mencoreng citra Pemkab Subang dan merusak kepercayaan publik.
“Saya sampaikan dengan tegas, jangan karena sakit hati lalu memfitnah. Jangan menciptakan stigma seolah di Pemkab Subang masih ada praktik setoran jabatan. Bersama saya, praktik seperti itu sudah saya hilangkan,” tutupnya.
Dengan nada yang lugas dan berani, Bupati Subang seolah ingin mengirim pesan tegas: era jual beli jabatan sudah berakhir. Kini, integritas birokrasi diuji bukan di balik amplop, tapi lewat transparansi dan kinerja nyata.





