Ia menambahkan bahwa program pemerintah seperti Bantuan Pangan Nasional, Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), serta Makan Bergizi Gratis (MBG) turut mendorong rotasi stok beras di gudang Bulog.
“Kalau beras hanya disimpan, kualitasnya bisa turun. Tapi dengan disalurkan lewat bantuan pangan dan SPHP serta MBG stok berputar dan masyarakat terbantu,” katanya.
Sepanjang 2025, Bulog menyalurkan bantuan pangan dalam dua tahap, Juni, Juli dan Oktober, November dengan jatah 10 kilogram beras per keluarga penerima manfaat setiap bulan, ditambah dua liter minyak goreng.
Bulog Subang juga melakukan pembaruan penting dengan mengaktifkan kembali 34 penggilingan padi yang sebelumnya vakum lebih dari satu dekade. Melalui sistem maklon, fasilitas milik mitra dimanfaatkan untuk menggiling gabah petani menjadi beras.
“Dulu penggilingan kecil kalah saing karena modal besar. Sekarang Bulog bantu dengan sistem maklon, jadi mereka bisa jalan lagi dan petani terbantu,” tutur Djoko.
Sebagai BUMN, Bulog tetap menempatkan fungsi sosial di atas kepentingan komersial. Djoko menjelaskan bahwa 80 persen kegiatan Bulog merupakan Public Service Obligation (PSO).





